Minggu, 23 Agustus 2009

Krueng Peusangan adalah salah satu sungai besar di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sungai yang memiliki luas DAS 2007 km2 ini berhulu pada puncak pegunungan Bukit Barisan di kabupaten Aceh Tengah dan bermuara di selat Malaka kabupaten Bireuen. Setiap tahun pada musim penghujan sungai ini kerap dilanda banjir. Dengan panjang sungai mencapai 142 km dan dengan kemiringan rata-rata 0,008445, sungai ini bisa menjadi sangat berbahaya diakibatkan oleh besarnya debit banjir yang terakumulasi dari DAS yang sangat luas. Pertanyaan yang timbul adalah apakah bisa diprediksi terjadinya banjir di hilir terkait dengan waktu dan besaran debit, dengan mempelajari perjalanan air dari luasan DAS baik di lahan maupun di alur sungai. Hal ini menjadi penting sebagai peringatan dini antisipasi banjir di hilir sungai dan sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan pengendalian banjir dan pengelolaan DAS dalam jangka waktu yang panjang. Memperhatikan hal tersebut di atas maka dicoba suatu model yang dikenal dengan M5 Tree Model yang digunakan untuk memprediksikan dan meramal aliran berdasarkan data hujan dan data debit di hum. Pemodelan ini dibangun dengan cara menerapkan metode pembagian atas sampel menjadi kelas-kelas yang lebih kecil untuk dibangun model regresi pada tiap-tiap kelas tersebut. Pengelompokan ini mengikuti teori Decision Tree dan dilakukan berulang-ulang. Pengelompokan tersebut berhenti pada saat tidak ada lagi perbedaan yang berarti dalam kelas tersebut untuk dibagi menjadi kelas yang lebih kecil. Pemodelan dibangun dengan menggunakan data hujan dari stasiun Takengon, Lampahan dan Ami Gading dan data debit dari pencatatan AWLR (Aoutomatic Water Level Recorder) pada stasiun Beukah, Simpang Jaya dan Sempo. Hasil Simulasi yang telah dilakukan didapat bahwa model sederhana yang dibangun dapat memprediksikan debit di Beukah dengan performan yang cukup baik yaitu dengan masing-masing nilai Correlation Coefficient (CC), Mean Absolut Error (MAE), Root Mean Square Error (RMSE) sebesar 0.9447, 10.0967 dan 18.8172. Dari hasil verifikasi model didapat bahwa nilai CC sedikit melemah menjadi 0.9246, tetapi nilai MAE dan RMSE menguat menjadi 4.8672 dan 9.8789. Model juga dapat meramal debit 1 hari ke depan di Simpang Jaya dan Beukah dengan performan yang dapat diterima. Untuk peramalan debit 1 hari ke depan di Simpang Jaya performannya adalah CC = 0.928, MAE = 11.7534, RMSE = 21.323. Sedangkan performan model peramalan debit 1 hari ke depan di Beukah adalah CC = 0.8846, MAE = 7.0183, RMSE = 12.1766. Model peramalan di Beukah memiliki kelemahan ketika di verifikasi, CC menurun menjadi 0.8846, namun MAE dan RMSE menguat menjadi 7.0183 dan 12.1766.



Alt. Description

Krueng Peusangan River is a big river in Nanggroe Aceh Darussalam Province. It has 2007 km2 area where its upstream area is on the peak of Bukit Barisan Mountains in Aceh Center region and it downstream at Malaka Strait in Bireuen region. Every raining season this river si flooded with its length reaching 142 km and its sloope to 0.008445, this river could be very dangerous due to the amount of discharge accumulated from very wide catchment area. The question rises on how the danger of the flood can be predicted in relation to the time and amount of discharge by observing its runoff of catchment either on the land or in the river body. This is very important as an early warning sign at the downstream area and as sources of consideration for designing and managing flood and catchment area in the future. Considering the problem, a model called M5 Three Model has been used to forecast flood based on the rainfall data and discharge data at the upstream area. This model is built by applying sample division method to smaller classes with regression model to each class. This follows the Decision Tree theory and is carried out repeatedly. The grouping is stoped when there is no significant difference in the class, which cannot be devided into smaller one. This model is built by utilizing rainfall data from Takengon, Lampahan and Ami Gading stasion and the discharge data from AWLR (Aoutomatic Water Level Recorder) at Beukah, Simpang Jaya and Sempo stasion. The result shows that this simple model can predict the discharge in Beukah stasion with a good performance. This shows that each Correlation Coefficient (CC), Mean Absolut Error (MAE, Root Mean Square Error (RMSE) values up to 0.9447, 10.0967, and 18.8172. The verification results that CC slightly decreased to 0.9246, but MAE and RMSE value increases to 4.8672 and 9.8789. The model can also predict the discharge one day after in Simpang Jaya and Beukah with acceptable performance. In Simpang Jaya, the results are CC = 0.928, MAE =11.7534, RMSE = 21.323. In Beukah, the results are CC = 0.8846, MAE = 7.0183 and RMSE = 12.1766. The forecasting model at Beukah has a weakness when it verified, CC decrease to 0.8846, but MAE and RMSE increase to 7.0183 and 12.1766.

Apa yang terjadi saat ini Debit Krueng Peusangan sangat memprihatinkan..............

Kemarau yang terjadi sejak sebulan terakhir menyebabkan debit air sejumlah sungai dan irigasi menyusut tajam. Dampaknya, petani kewalahan karena sumber air untuk areal sawah mereka sangat terbatas. Selain akibat musim kemarau, menyusutnya debit air sungai dan irigasi itu juga tidak lepas dari masih maraknya penebangan hutan secara liar.

Sejumlah warga Samalanga, Plimbang, dan Jeunieb kepada Tim Greenomics Nanggroe, (25/7) mengatakan, debit air beberapa sungai di daerahnya mulai menyusut tajam. “Debit air Krueng Samalanga makin menurun dibanding sebulan lalu,” kata Syafruddin, warga Samalanga. Sementara Camat Plimbang, M Isa, juga mengatakan, debit air irigasi Nalan akhir-akhir ini juga menurun.

Kadis Pengairan, Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Bireuen, Zulkifly, kepada Greenomics Nanggroe,(10/8) mengatakan, akibat kemarau yang melanda Bireuen debit air di beberapa sungai dan anak sungai di wilayah itu menyusut. “Air sungai yang menyusut sampai 20 cm lebih antara lain Krueng Samalanga, Krueng Pandrah, Krueng Nalan sehingga berpengaruh terhadap ketersiaan air di beberapa irigasi seperti Irigasi Nalan,” ujarnya.

Sementara air Krueng Peudada, kata Zulkifly, walaupun debitnya juga menurun, tapi masih memungkinkan disuplai untuk kebutuhan sawah di kecamatan itu. “Kekurangan debit air Krueng Peusangan sampai kini masih memadai dan terjamin untuk kebutuhan irigasi Pante Lhong, Peusangan,” kata Zulkifly seraya mengatakan demikian juga dengan debit air di beberapa anak sungai semakin menyusut tajam dan tidak bisa diandalkan lagi.

Menurut catatan Greenomics Nanggroe, di Kabupaten Bireuen sejumlah embung (waduk alami) yang tiap musim taman menjadi andalan petani untuk mengambil air untuk memebuhi kebutuhan air di sawahnya, saat ini kondisinya juga banyak yang mengalami kekeringan. “Embung juga banyak yang kering, sehingga petani kesulitan memperoleh air untuk kebutuhan pertanian,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar